Rabu, 02 Juni 2021

STUDI PENDAHULUAN PEMBANGUNAN JARINGAN GAS BUMI UNTUK RUMAH TANGGA KABUPATEN BEKASI

 1.       Basis Disain Pembangunan Jaringan Gas untuk Rumah Tangga

1.1    Potensi Jumlah Pelanggan Gas Bumi Rumah Tangga

Studi pembangunan jaringan gas bumi untyuk rumah kabupaten Bekasi, dilakukan berdasarkan pertimbangan ketersediaan pipa transmisi atau stasiun gas bumi yang terdapat di wilayah kabupaten Bekasi. Ketersediaan pipa transmisi atau stasiun gas bumi tersebut, merupakan sara pemasok gas bumi yang akan didistribusikan ke jaringan distribusi rumah tangga. Terdapat dua fasilitas pemasok gas bumi yang terdapat di wilayah kabupaten Bekasi yaitu Stasiun Penyalur Gas PT PGN Muara Bekasi dan SKG Tegal Gede.

SKG Tegal Gede dipilih sebagai fasilitas pemasok gas bumi sebab dekat dengan potensi pasar gas rumah tangga, yaitu ibukota kabupaten Bekasi (Cikarang). Sebagai ibukota kabupaten Bekasi, tentu saja merupakan wilayah yang padat penduduknya, dengan demikian merupakan potensi pasar potensial bagi pengembangan jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga. Terdapat 5 kecamatan yang sangat potensial untuk dibangun jaringan distribusi gas bumi, yaitu:  Cikarang Selatan, Cikarang Utara, Cikarang Barat, Cikarang Timur dan Cikarang Pusat. Namun mengingat bahwa pembangunan jaringan pipa gas selalu dilakukan secara bertahap, maka harus dipilih wilayah-wilayah mana yang paling potensial ditinjau dari sudut biaya investasi dan tidak mengganggu jaringan gas eksisting. Dengan demikian maka pemilihan wilayah potensi tersebut akan didasrkan pada pertimbangan sebagai berikut:

  • Jumlah kepala keluarga (RT) sekitar 100.000
  • Jarak batas wilayah (desa) terdekat dari SKG Tegal Gede maksimal 7 km
  • Mengingat bahwa letak SKG Tegal Gede adalah disebelah timur Jalan Tol Jakarta-Cikampek, maka wilayah distribusi gas yang dikembangkan adalah disebelah timur Jalan Tol
  • Disamping menghindari pemasangan lintasan pipa pada jalan tol, dihindari pula lintasan sungai besar dan dalam
  • Menghindari tumpang tindih dengan jaringan distribusi gas eksisting

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka terdapat 4 buah kecamatan dan 16 desa menjadi lokasi pembangunan jaringan distribusi untuk rumah tangga, dengan potensi jumlah RT sebanyak 106,437, sebagimana ditunjukkan pada Tabel-1 berikut.

Tabel-1, Perhitungan Potensi Pelanggan (jumlah RT)


Berdasarkan data publikasi Hanbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia 2019, sebagimana ditunjukkan pada Tabel-2, total penjualan gas bumi untuk sektor rumah tangga oleh PT PGN (Persero) adalah sebesar 37 juta m3, dengan jumlah pelanggan sebanyak 233.204. Dengan demikian konsumsi setiap pelanggan Rumah Tangga perhari dapat dihitung sebagai berikut:

  •    Penjualan tahun 2019                    = 37.000.000 m3
  •    Jumlah pelanggan                          = 233.204 RT
  •    Jumlah hari dalam 1 tahun             = 365 hari
  •    Konsumsi per RT per hari               = 37.000.000 /233.204/365   = 0,435 m3/hari

Tabel-2: Penjualan Gas Bumi PT PGN untuk Sektor-Sektor Pelanggan


Didalam menentukan diameter pipa pada jaringan distribusi gas bumi, aliran gas yang digunakan tidak berdasarkan konsumsi harian diatas (0,43 m3/hari), namun ditentukan berdasarkan beban puncak, sebab penggunaan tidak kontinyu 24 jam dalam sehari. Asumsi para Rumah Tangga menggunakan gas selama 4 jam dalam sehari, dengan demikian beban puncak aliran gas dalam pipa yang mengalir ke setiap RT adalah sebagai berikut

               Beban Puncak    = 0,435/4             = 0,11 m3/jam

Berdasarkan keterangan diatas, maka terdapat dua hal yang berbeda yang perlu dipahami. Yang pertama, permintaan atau demand, adalah kebutuhan gas bumi yang dikonsumsi RT setiap hari, dan yang kedua, beban puncak, adalah besar aliran gas pada tiap RT yang digunakan untuk menentukan diameter pipa yang dibutuhkan. Dengan demikian kedua hal tersebut akan dihitung, untuk kebutuhan pemasokan 106.437 buah Rumah Tangga, yaitu: 

  • Demand (kebutuhan) gas             = 106,437 x 0.43 m3/hari      = 46,266m3/hari

                                                               = 46,266 x 35,315                  = 1.633.897cfd

                                                               = 1,6 MMscfd

  • Beban Puncak                              = (0,43 m3/hari )/4                 = 0,11 m3/jam 

Jadi untuk melayani sebanyak 106,437 pelanggan RT dibutuhkan gas bumi sebanyak 1,6 MMscfd dan jaringan distribusi gas bumi akan didisain dengan beban puncak sebesar 0,11 m3/jam per RT

1.3    Perkiraan Sumber Pasok Gas Bumi Untuk Rumah Tangga

Sumber pasokan gas bumi, adalah semua suber gas yang memungkinkan, yang mengalir ke inlet Stasiun Kompresor Tegal Gede. Sumber-sumber gas terdekat dari SKG Tegal Gede adalah lapangan gas PDT B TGD, Cisauh dan Ellips. Sedangkan sumber gas terdekat berikutnya adalah dari lapangan produksi gas PHE (PK) dan PHE (PTGN).

1.4    Filosofi Disain

Jaringan gas bumi untuk rumah tangga kabupaten Bekasi didisain untuk melayani sebanyak 106,437 Rumah Tangga (RT) dengan volume penjualan sebesar 46,266m3/hari atau sekitar 1,6 MMscfd. Kebutuhan gas bumi untuk setiap RT diasumsikan sebesar 0,43 m3/hari, sesuai dengan data publikasi Hanbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia 2019, yaitu: total penjualan gas bumi untuk sektor rumah tangga oleh PT PGN (Persero) pada tahun 2019 adalah sebesar 37 juta m3, dengan jumlah pelanggan sebanyak 233.204.

Gas bumi, diambil dari pipa transmisi gas bumi milik PT Pertamina gas dengan tekanan 12,5 Barg , yang terletak di SKG Tegal Gede. Dari pipa Pertamina Gas tersebut di tapping menuju Meter dan Regulator Station (M/RS) yang lokasinya direncanakan terletak di sekitar area stasioun kompresor Tegal Gede, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-1.


Gambar-1: Lokasi M/RS

Pada M/RS tersebut, gas bumi yang berasal dari pipa transmisi gas bumi Pertamina Gas diturunkan tekanannya menjadi 4 Barg, lalu disalurkan ke jaringan distribusi gas bumi tekanan menengah yang akan dibangun menyebar di Cikarang Bekasi. Adapun konfigurasi dari M/RS tersebut ditunjukkan pada Gambar-2 berikut.


Gambar-2: Konfigurasi Meter and Regulator Station (M/RS)

Jaringan distribusi gas bumi tekanan menengah akan memasok 108 Regulator Sektor (RS) yang tersebar di 4 kecamatan yaitu: Cikarang Utara sebanyak 73 RS, Cikarang Barat sebanyak 18 RS, Cikarang Timur sebanyak 11RS dan Cikarang Pusat sebanyak 6 RS. Pada masing-masing RS tersebut tekanan gas diturunkan menjadi 300 mBarg, lalu dialirkan pada jaringan distribusi gas tekanan rendah menuju rumah-rumah pelanggan. Adapun kofigurasi dari setiap RS ditunjukkan pada Gambar-3.


Gambar-3: Konfigurasi Regulator Sektor (RS)

Adapun rencana jalur pipa distribusi gas tekanan menengah yang mengalirkan gas bumi menuju 108 lokasi Regulator Sektor ditunjukkan pada Gambar-4 berikut.

Gambar-4: Rencana Jalur Pipa Distribusi Gas BumiTekanan Menengah Kabupaten Bekasi

Gas bumi pada jaringan distribusi tekanan rendah, di tapping dengan tapping sadle, lalu disalurkan ke rumah melalui pipa servis dengan diameter 20 mm, menuju meter dan regulator pelanggan rumah tangga. Meter yang digunakan pada setiap rumah tangga adalah berjenis diafragma meter yang berfungsi mengukur jumalh volume gas yang dialirkan kepada rumah tangga. Regulator rumah tangga berfungsi menurunkan tekanan gas bumi minjadi sekitar 25 – 30 mBarg. Tekanan tersebut merupakan tekanan yang dibutuhkan oleh kompor gas, sesuai dengan disain burner pit pada setiap kompor gas rumah tangga. Gambar-5 berikut menunjukkan contoh konfigurasi meter dan regulator gas pada masing-masing rumah tangga pelanggan


Gambar-5: Contoh Konfigurasi Meter dan Regulator Gas Bumi Rumah Tangga

Dalam kajian ini, akan dihitung biaya yang dibutuhkan mulai dari tapping pipa transmisi di Stasiun Gas Kompresor Tegal Gede, pembangunan M/RS, pembangunan jaringan gas distribusi tekanan menengah, pembangunan RS, pembangunan distribusi tekanan rendah, pembangunan pipa servis, meter dan regulator rumah tangga, hinga instalasi dan pemberian kompor gas gratis akan dihitung.

2.       Simulasi Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi

Simulasi hidrolika dilakukan untuk mencari diameter pipa yang paling efisien. Namun demikian penggunaan pipa pada jaringan ini dibatasi pada jenis pipa MDPE SDR 11 diametr 90 mm, 180 mm dan 250 mm. Disamping itu sesuai ketentuan direktorat Infrastruktur Migas, dalam simulasi ini juga dibatasi bahwa tekanan maksimum pada jaringan distribusi tekanan menengah adalah 4 Barg dan tekanan minimum adalah 1 Barg. Gambar-6 berikut menunjukan tampilan simulasi hidrolika jaringan pada layar software simulator.

Gambar-6: Simulasi Hidrolika Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi

Dari simulasi dengan melakukan trial-error diameter pipa, maka diperoleh hasil yang paling optimal dimana tekanaan gas terendah pada jaringan pipa ini adalah pada down stream pipa nomor P81 dengan tekanan sebesar 1,05 Barg. Selanjutnya hasil simulasi rinci terkait dengan ukuran pipa, tekanan dan kecepatan gas pada jaringan distribusi tekanan menengah ini ditunjukkan pada Tabel-3 berikut

Tabel-3: Hasil Simulasi Jaringan Distribusi Gas Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi








3.     Kebutuhan Material (Material Take Off) Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bogor

Dari hasil simulasi pada butir 2 di atas, telah diketahui material pipa dalam bentuk panjang dan diameter, namun belum diketahui jumlah valve dan fitting yang dibutuhkan. Untuk itu maka diperlukan survey jalur disepanjang jalur yang akan dilewati pipa. Mengingat bahwa pipa MDPE ini bersifat lentur, maka belokan pipa dapat dibentuk dilapangan pada saat penurunan pipa ke dalam parit. Namun tidak semua belokan (ellbow) dapat dilakukan dilapangan, itu dibatasi oleh radius belokan. Oleh karena itu untuk radius belokan yang pendek atau bengkokan dengan derajat belokannya besar, maka ellbow tersebut harus difabrikasi. Hasil survey untuk menentukan jumlah valve dan fitting ditunjukan pada foto-foto pada gambar-gambar selanjutnya.  Tabel-4 berikut ini adalah Material Take Off fitting dan valve pada jaringan pipa distribusi tekanan menengah ini.

Tabel-4: Material Take Off: Valve dan Fitting Jaringan Distribusi Gas Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi








Dari MTO yang dijabarkan pada tabel-tabel di atas, maka jumalah fitting, valve yang perlua diadakan untuk membuat jaringan distribusi gas bumi tekanan menengah kabupaten Bekasi diresemukan pada Tabel-5 berikut

Tabel-5: Kebutuhan Material Fitting, Valve, RS dan Crossing Proyek Pembangunan Jaringan Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi

Jalur pipa gas bumi tekanan menengah tersebut, melintasi beberapa sungai dan jalan raya, yang rinciannya ditunjukkan pada Tabel-6 berikut

Tabel-6: Rincian Pipa Crossing pada Sungai dan Jalan Raya


Selanjutnya, gambar-gambar pada Lampiran-1, menunjukkan lokasi,  fitting, valve, regulator dan lintasan-lintasan sungai dan jalan raya sebagimana dimaksud dalam Material Take Off.

4.   Kebutuhan Biaya (Bill of Quantity) Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bogor

Material yang dibutuhkan untuk membangun jaringan pipa distribusi gas bumi tekanan menengah kabupaten Bekasi telah teridentifikasi melalui simulasi jariangan dan material take off. Dengan demikian maka biaya pengadaan material dan konstruksi jaringan dapat dihitung. Kebutuhan biaya untuk pembangunan jaringan pipa distribusi tekanan menengvah kabupaten Bekasi adalah sebesar          Rp 65,895,726,004,- (enampuluh lima milyar delapan ratus sembilan pulih lima juta tujuh ratus dua puluh enam ribu empat rupiah), yang rincian perhitungannya dapat dilihat pada Tabel-7  berikut.

Tabel-7: Rincian Biaya Investasi proyek  Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi







5.   Analisis Jaringan Distribusi Gas Tekanan Rendah 1000 RT Desa Setia Mulya Kabupaten Bekasi

Yang dimaksud dengan analisis jaringan distribusi tekanan rendah dengan jumlah pelanggan rumah tangga sebanyak 1.000 RT di desa Setia Mulya, adalah menghitung kebutuhan investasi secara rinci melalui material take off dan bill of quantity pada jaringan yang dimaksud, dengan tujuan hasil perhitungan ini akan digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan besar investasi jaringan tekanan rendah di desa-desa lain  di wilayah kabupaten Bekasi. Dengan demikian estimasi besarnya investasi jaringan gas tekananan rendah pada masing-masing desa-desa tersebut mendekati nilai aktual investasi. Adapun cara mengestimasi ini akan dibahas pada bagian selanjutnya dari kajian ini.

5.1    Basis Disain Jaringan Distribusi Tekanan Rendah 1000 pelanggan RT

Jaringan distribusi tekanan rendah dipasok dari Regulator Sektor. Regulator Sektor mendapatkan gas bumi dari jaringan distribusi tekanan menengah yang beroparesi pada tekanan minimum 1 Barg dan tekanan maksimum 4 Barg. Oleh Regulator Sektor gas bumi ini diturunkan tekanannya menjadi minimum 100 mBarg sampai dengan 300 mBarg. Dari Regulator Sektor, gas bumi kemudian didistribusikan ke pelanggan Rumah Tangga melalu jaringan pipa distribusi tekanan rendah dengan tekanan operasi minimum yang diijinkan adalah 25 mBarg. Pipa distribusi yang digunakan adalah pipa MDPE SDR 11 dengan diameter 63 mm.  Jumlah Rumah Tangga yang dipasok oleh jaringan gas tekanan rendah ini adalah sebanyak 1000 pelanggan Rumah Tangga. Gas bumi dari jaringan distribusi tekanan rendah di tapping menuju rumah pelanggan dengan menggunakan pipa servis berjenis MDPE SDR 11 diameter 20 mm. Dari pipa servis, gas bumi dialirkan ke Regulator Rumah Tangga untuk ditunkan tekanannya menjadi 25 Mbarg, sesuai dengan kebutuhan tekanan pada kompor gas pelanggan Rumah Tangga.  Dari regulator Rumah Tangga gas bumi dialirkan menuju kompor gas pelanggan melau meter diafragma untuk diukur volume gas yang digunakan oleh pelanggan. Gambar-7 menunjukkan contoh diagram alir pipa distribusi tekanan rendah menuju pelanggan Rumah Tangga.


Gambar-7: Contoh tipikal diagram alir jaringan gas tekanan rendah menuju rumah pelanggan

5.2    Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendah 1000 RT desa Setia Mulya

Peta jaringan distribusi tekanan rendah 1000 pelanggan RT desa Setia Mulya kabupaten Bekasi ditunjukkan pada Gambar-8 berikut.

Gambar-8: Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendah 1000 pelanggan RT desa Setia Mulya

5.3   Simulasi Hidrolika Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendah 1000 Pelanggan Desa Seta Mulya

Dalam simulasi jaringan gas tekanan rendah ini, diameter pipa telah ditentukan yaitu pipa MDPE SDR 11 63 mm, dengan demikian dalam simulasi ini tidak mencari diameter yang efisien, melainkan dengan ukuran diameter tersebut, apakah mampu melayani 1000 pelanggan Rumah Tangga, dengan pengertian mampu mensuplai gas bumi dengan tekanan minimum 25 mBar pada titik lokasi pelanggan yang paling jauh, atau mensuplai gas bumi dengan tekanan minimum 25 mBarg pada salah satu pelanggan diantara 1000 pelanggan yang ada, dimana tekanan pasokan pada outlet Regulator Sektor adalah 1000 mBar. Selain itu, dalam simulasi ini juga akan dicari kemampunan mensuplai jumlah pelanggan Rumah Tangga apabila tekanan outlet Regulator diset pada tekanan sebesar lebioh besar 100 mBar, yaitu sampai dengan 300 mBarg. Simulasi hidrolika ditunjukkan pada Gambar-9 berikut.

Gambar-9: Tampilan simulasi hidrolika jaringan gas tekanan rendah Setia Mulya

Dari hasil simulasi diperoleh: Jika outlet Regulator Sektor di set pada tekanan 100 mBarg, jaringan gas tekanan rendah ini masih memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu tekanan minimum jaringan ini adalah diatas 25 mBarg (diatas tekanan minimum yang diijinkan), yaitu pada pelanggan RT408. Tabel-8 berikut menunjukan hasil simulasi apabila tekanan outlet regulator di set diatas 100 Mbarg sampai dengan 300 mBarg, dan peotensi penambahan pelanggan RT apabila tekanan outlet regulator di set dengan tekanan sebagaimana yang dimaksud.

Tabel-8: Pengaruh seting tekanan outlet Regulator Sektor terhadap potensi penambahan pelanggan RT


Potensi penambahan pelanggan RT sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel-8 adalah minimal peotensi penambahan pelanggan RT, sebab diasumsikan baha penambahan pelanggan RT dipasok dari ujung pipa yang menuju pelanggan RT408, dimana pada ujung pipa tersebut tekanan jaringan gas mencapai tekanan minimum. Tentu saja potensi penambahan pelanggan RT sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-8 akan menjadi lebih banyak lagi apabila sambungan pelanggan baru tidak berasl dari ujung pipa yang menuju RT408,yaitu pada ujung pipa yang memiliki tekanan lebih besar dari tekanan gas pada ujung pipa yang dimaksud. Sebagai gambaran yang vulgar, apabila penambahan sambungan pelanggan RT baru diambil pada tekanan terbesar pada jaringan pipa, yaitu pada outlet regulator, maka akan lebih banyak lagi, sebab besarnya penambahan pelanggan hanya tergantung pada kapasitas regulator, bukan spare capacity dari jaringan pipa.

5.4  Kebutuhan Material (Material Take Off ) Jaringan Distribusi Gas Tekaanan Rendah Setia Mulya

Kebutuhan material (material take off) jaringan gas bumi tekanan rendah 1000 pelanggan RT ditunjukan pada Tabel-9, sedangkan rinciannya ditunjukkan pada Tabel-10

Tabel-9: Kebutuhan Material Jaringan Pipa Tekanan Rendah Setia Mulya


Tabel-10: Rincian Material Take Off Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendah desa Setia Mulya, Bekasi





5.5    Kebutuhan Biaya Investasi Jaringan Distribusi Gas Tekaanan Rendah Desa Setia Mulya

Kebutuhan biaya investasi untuk pembangunan jaringan distribusi gas bumi tekanan rendah 1000 pelanggan RT di desa Seta Mulya Bekasi, dengan mengambil lokasi pemukiman seluas 0,62 km2 dengan jumalah Rumah Tangga sebanyak 1000 rumah, adalah sebesar Rp 8.518.007.981,- yang terdiri dari:

  1.  Investasi jaringan pipa distribusi tekanan rendah sebesar Rp 3.308.829.598,-
  2.  Investasi sambungan pipa servis, meter pelanggan, regulator gas pelanggab dan kelengkapannya lainnya, sebesar Rp 3.878.069.239,-
  3. Investasi pengadaan kompor gas dan pengadaan material sambungan ke kompor gas beserta instalasinya, sebesar Rp 1.331.109.144,-

Adapun rincian dari masing-masing investasi tersebut di atas, ditunjukkan pada Tabel-11, Tabel-12 dan Tabel-13.

Tabel-11: Rincian Biaya Investasi Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendar desa Setia Mulya, Bekasi




Tabel-12: Rincian Biaya Investasi Instalasi Sambungan Pipa dari Jargas ke M/RS Pelanggan Rumah Tangga


Tabel-13: : Rincian Biaya Investasi Instalasi Sambungan ke Kompor dan Pengadaan Kompor Gas Rumah Tangga


6.   Kebutuhan Investasi Jaringan Pipa Gas Bumi Untuk  106.437 Rumah Tangga Kabupaten Bekasi

6.1    Formula Estimasi Kebutuhan Biaya Investasi Jaringan Gas Tekanan Rendah Per Desa

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, analisis investasi jaringan distribusi tekanan rendah dengan jumlah pelanggan rumah tangga sebanyak 1.000 RT di desa Setia Mulya, akan digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan besar investasi jaringan tekanan rendah di desa-desa lain  di wilayah kota Bogor. Dengan demikian estimasi besarnya investasi jaringan gas tekananan rendah pada masing-masing desa-desa tersebut mendekati nilai aktual investasi. Adapun cara mengestimasi dilakukan dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:

Kebutuhan panjang jaringan pipa berbanding lurus dengan luas wilayah jaringan pipa dan berbanding terbalik dengan kepadatan Rumah Tangga, dengan demikian nilai investasi pembangunan jaringan pipa distribusi tekanan rendah pada setiap desa akan berbanding lurus dengan luas area desa tersebut dan kepadatan Rumah Tangga di desa yang dimaksud. Sedangkan kebutuhan biaya investasi sambungan kerumah dan biaya investasi pengandaan kompor dan sambungan kompor, pasti berbanding lurus dengan jumlah Rumah Tangga yang ada di desa tersebut.

6.2    Kebutuhan Investasi Jaringan Gas Tekanan Rendah 106.437 Pelanggan RT

Dengan menggunakan formulasi di atas, kebutuhan investasi pembangunan jaringan gas bumi tekanan rendah untuk 106.437 pelanggan RT, dengan Regulator Sektorsebanyak 108 buah yang tersebar di 4 kecamatan dan 16 desa, adalah sebesar Rp 727.189.589.870,-, yang terdiri dari :

1.      Investasi jaringan gas tekanan rendah sebesar Rp 172.740.270.300,-

2.      Investasi sambungan ke rumah pelanggan sebesar Rp 412.770.055.591,-

3.      Investasi pengadaan dan sambungan kompor sebesar Rp 141.679.263.978,-

Tabel-14 berikut menunjukkan rinciamperhitungan kebutuhan investasi tersebut.

Tabel-14: Kebutuhan Investasi Jargas Tekanan Rendah, Sambungan ke Rumah dan Kompor 106.437 RT


6.3 Total Kebutuhan Investasi Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga 106.437 pelanggan RT  Kabupaten Bekasi

Total kebutuhan invesatasi Jargas Rumah Tangga untuk 106.437 pelanggan RT di kabupaten Bekasi, yang meliputi investasi jaringan pipa distribusi tekanan menegah dan rendah hingga pengadaan kompor gas gratis bagi setiap pelanggan RT adalah sebesar Rp 816.948.915.505,-, dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-15 berikut

Tabel-15: Kebutuhan Investasi Jargas Untuk Rumah Tangga 106.437 Pelanggan RT kabupaten Bekasi

7.       Biaya Operasi Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Untuk 106.437 Rumah Tangga Kabupaten Bekasi

Perhitungan biaya operasi dan pemeliharaan diasumsikan berdasarkan pertimbangan berikut:

  • Rule of Thumb Biaya Operasi dan Pemeliharaan per tahun pada umumnya antara 2 % s/d 5% dari nilai investasi jaringan pipa gas
  • Maka diambil 3 % dari nilai investasi Jaringan Distribusi Gas tekanan menengah dan rendah, tidak termasuk investasi sambungan ke rumah, pengadaan kompor dan sambungan ke kompor
  • Biaya pegawai termasuk biaya yang besar pada jaringan pipa distrusi gas bumi, dengan demikian mengingat bahwa biaya pegawai di Indonesia jauh lebih rendah dari biaya pegawai operasional di Eropa dan Amerika Serikat, maka kita mengasumsikan biaya operasi dan pemeliharaan sebesar 3% sebagaimana dimaksud pada point di atas

Dengan demikian maka kebutuhan biaya operasi per tahun untuk jargas 106.437 RT kabupaten Bekasi adalah sebesar Rp 7.159.079.889,- per tahun, sebagaimana perhitungannya ditunjukkan pada Tabel-16 berikut.

Tabel-16: Perhitungan Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pertahun Jargas Kabupaten Bekasi


8.       Target Internal Rate of Return (IRR)

8.1    Cost of Equity (CoE)

Return on Equity atau cost of equity adalah (imbalan keuntungan atas biaya modal sendiri) yang dapat dihitung dengan formulasi berikut:

 

Dimana:

CoE        = Cost of Equity, imbalan keuntungan atas biaya investasi modal sendiri, %

Rm         = Return pasar, imbalan keuntungan rata-rata saham gabungan (IHSG) yang

      diinvestasikan di pasar modal Bursa Efek Indonesia, %

Rf           = Imbalan keungtungan atas investasi pada surat utang negara, yang dalam kontek                                     kajian ini, adalah imbalan rata-rata surat utang negara yang diterbitkan tahun 2021, %

β            = Equity beta (sensivitas perubahan harga saham terhadap pasar), β dalam kontek                                        kajian ini adalah β dari gabungan 18 buah perusahaan infrastruktur Indonesia (PT                                     Sarana Multi Infrastruktur (Persero)

8.2    Imbalan Keuntungan Atas Investasi Pada Surat Utang Negara, Rf

Imbalan keuntungan atas investasi obligasi negara, sebagai acuan pada kajian ini, adalah imbalan rata-rata surat utang negara yang diterbitkan tahun 2021. Ada 5 buah surat hutang negara yaitu

  • Obligasi Negara Seri FR0086, imbalan keuntungan 5,5%, jatuh tempo 15 April 2026,
  • Obligasi Negara Seri FR0087, imbalan keuntungan 6,5%, jatuh tempo 15 Februari 2031
  • Obligasi Negara Seri FR0088, imbalan keuntungan 6,25%, jatuh tempo 15 Juni 2036
  • Obligasi Negara Seri FR0083, imbalan keuntungan 7,5%, jatuh tempo 15 April 2040
  • Obligasi Negara Seri FR0089, imbalan keuntungan 6,875%, jatuh tempo 15 Agustus 2051

Rata-rata imbalan keuntungan rata-rata dari ke-5 surat utang negara tersebut adalah 6,53%. Dengan demikian imbalan keuntungan 6,53% akan digunakan dalam perhitungan Cost of equity.

8.3    Equity beta, 𝛽

Equity β yang akan digunakan dalam perhitungan Cost of equity adala beta PT Sara Multi Infrastruktur (Persero), SMINFRA18, yang merupakan gabungan dari 18 perusahaan besar di bidang infrastruktur, termasuk PT PGN Persero Tbk yang menjadi anggotanya. Berdasarkan laporan Hand Book Bursa Efek Indonesia tahun 2021, equity beta SMINFRA18 adalah sebesar 1.34

8.4    Imbalan keuntungan rata-rata saham gabungan (ISHG) Bursa Efek Jakarta, Rm

Berdasrkan laporan Hand Book Bursa Efek Indonesia tahun 2021, besar keuntungan rata-rata saham gabungan (ISHG) adalah sebesar 11,36%. Besar imbalan ini digunakan dalam perhitungan Cost of equity

8.5    Perhitungan Cost of Equity

Bersdasarkan data-data imbalan investasi obligasi negara, equity beta dan imbalan rata-rata keuntungan saham di busras efek Indonesea, maka Cost of equity untuk proyek pembangunan jaringan distribusi untuk rumah tangga kota bogor adalah sebesar 13%   , yang perhitungannya dapat ditunjukkan sebagai berikut:

8.6    Cost of Debt (CoD)

Bunga pinjaman yang akan digunakan dalam perhitungan keekonomian jaringan gas, adalah sebesar 8%, yang merupakan suku bungan kredit korporasi bula Februari 2021, sebagaimana yang dilaporkan oleh OJK. Tabel-17 berikut, menunjukan tingkat bunga kredit korporasi dari 4 buah bank Persero ternama

Tabel-17: Suku Bunga Kredit Korporasi 4 bank Persero Ternama

Dengan besar bunga pinjaman sebagaimana tersebut diatas, maka perbankan akan mendapatkan imbalan bersih atas jasa proyek pengusahaan jaringan distribusi gas, atau bunga setelah dipotong pajak (Cost of Debt) sebesar:

Dimana:              

Cod        = Cost of Debt;         

i              = bunga pinjamana modal, 8%;    

t              = tarif pajak perusahaan (income taxe), 20%, maka:

8.7    Struktur Modal

Modal investasi pada umumnya terdiri dari modal ekuitas yang berbiaya tinggi dan modal pinjaman perbankkan yang berbiaya rendah. Seperti telah dihitung di depan, meskipun biaya modal atau imbalan atas modal sendiri (Cost of Equity) adalah sebesar 13% yang jauh lebih besar dari biaya (imbalan) modal pinjaman(Cost of Debt) 6,4%, dalam perhitungan keekonomian proyek diasumsikan struktur modal terdiri dari 30% modal ekuitas dan 70% modal pinjaman

8.8    Target Internal Rate of Return (IRR)

Telah dibahas di depan, Struktur modal: E = 30% Equity dan D = 70% Debt, Cost of Equity, 13%, Cost of Debt, 6.4%. Pajak Badan, 20%. Dengan demikian, maka IRR dapat dihitung yaitu:

9.       Target Umur Kegiatan Usaha Jargas 106.437 Rumah Tangga Kabupaten Bekasi (Depresiasi)

Sebagaimana prinsip umum yang berlaku hampir diseluruh dunia, depresiasi dari kegiatan usaha untuk kebutuhan publik (public utilities), diatur oelh regulator atau pemerintah dengan metoda garis lurus. Jangka waktu depresiasi juga ditetapkan secara tegas.  Dalam kajian ini, jangka waktu deprisiasi adalah 30 tahun, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No 295/KM.6/2019 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.

10.       Tarif Pajak Badan Usaha

Sesuai Perppu 1 Tahun 2020 pemerintah telah menurunkan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya sebesar 25 persen menjadi 22 persen untuk tahun-tahun pajak 2020 dan 2021, dan menjadi 20 persen mulai tahun pajak 2022. Untuk itu dalam kelayakan proyek ini akan digunakan tarif pajak Badan sebesar 20%.

11.       Harga Beli Gas Bumi oleh Pengusaha dari Produsen Gas

Harga beli gas dari produsen gas di sektor hulu ditetapkan sebesar USD 4.72/MMBtu berdasarkan Surat Keputusan Alokasi Gas. Dengan kurs Rp 14.254 / USD, dan gas bumi diasumsikan mempunyai nilai kalori 1000 btu/scf, maka harga gas tersebut adalah sama dengan Rp 2.376/m3.

12.       Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat

Kurs mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditetapkan rata-rata kurs tengah bulan Januari 2021 sampai April 2021. Berdasarkan data Bank Indonesia, besar kurs rata-rata adalah sebesar            Rp 14.254/USD

13.       Volume Gas Bumi Yang Dialirkan Pada Jaringan Distribusi Gas Bumi

Target penjualan gas bumi ke Rumah Tangga ditetapkan berdasarkan rata-rata konsumsi gas bumi untuk Rumaha Tangga sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya yaitu sebesar 0,435 m3/hari/RT. Dengan jumalah Rumah Tangga sebanyak 106.437 RT maka volume penjualan perhari adalah sebagai berikut:

Volume penjualan gas    = 106.437 x 0.435 m3/hari = 46,300 m3/hari

14.       Penentuan Katagori Pelanggan Rumah Tangga

Menurut Bank Dunia, dalam tahun terakhir, Indonesia dinilai berhasil menekan angka kemiskinan hampir 10%. Hal itu ditandai pertumbuhan kalangan menengah hingga 20% atau 52 juta orang dari total penduduk Indonesia. Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/286776/kelas-menengah-berkontribusi-besar-pada-pertumbuhan-ekonomi. Adapun jumlah penduduk yang berada di level menengah bawah mencapai 115 juta orang atau 45% dari total populasi. Mereka yang berada di level tersebut berpotensi naik ke level menengah, atau malah jatuh ke garis kemiskinan.

Berdasarkan keterangan tersebut, maka prosentase penduduk kelas menengah ke atas Indonesia sudah mencapai 55%. Dengan demikian maka dalam menentukan prosentase pelanggan RT1 dan RT2, disesuaikan dengan kondisi tersebut, yakni 45 % adalah RT1 dan 55% RT2.

15.       Daya Beli dan Harga Jual Gas

Dalam kajian ini, daya beli masyarakat ditentukan berdasarkan harga rata-rata eceran LPG di kabupaten Bekasi, yaitu harga LPG  3 kg untuk RT1 dan harga LPG 12 kg untuk RT2. Berdasarkan hasil survey harga eceran rata-rata LPG 3 kg adalah Rp 7,100,-/kg atau setara dengan harga gas bumi Rp 5,282,-/m3. Sedangkan harga rata-rata eceran LPG 12 kg adalah Rp 12,667,-/kg atau setara dengan harga gas bumi Rp 9,424,-/m3. Dengan demikian dalam menganalisis kelayakan proyek, harga jual gas bumi Rp 5,282,-/m3 untuk RT1 dan Rp 9,424,-/m3 untuk RT2 akan digunakan.

16.       Kelayakan Ekonomi Proyek Jargas Untuk 106.437 Pelangga RT Kabupaten Bekasi

Dengan menggunakan harga jual gas bumi sebagaimana dimaksud pada bagian (15), melalui analisis Free Cash Flow sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-18, dapat disimpulkan bahwa proyek ini hampir layak secara ekonomi untuk dimplementasikan, meskipun IRR tidak mencapai target yaitu sebesar (8,38%) namun pengusaha mendapat imbalan keuntungan sebesar 10,40%. Adapun hasil dari analisis free cash flow, dapat diinformasikan beberapa hal sebagai berikut

·        Hasil IRR proyek jargas adalah sebesar 7,60%, kurang dari target IRR yaitu 8,36%

·        Perusahaan mampu membayar cicilan pokok dan bunga bank sebesar 8%

·        Bank mendapat keuntungan bersih setelah pajak (Cost of Debt) sebesar 6,4%

·    Keuntungan pengusaha (Cost of Equity) sebesar 10,4%, lumayan meskipun lebih rendah sedikit dari target Cost of Equity yaitu sebesar 13%

·        Break Even Point, terjadi pada tahun ke-12 (ke duabelas), dari usia proyek selama 30 tahun

Agar pengusaha mendapat keuntungan sesuai target cost of equity yaitu sebesar 13%, maka skema KPBU perlu dilakukan. Dengan bantuan modal sebesar 7,1% dari total investasi, atau bantuan sebesar Rp 58 milyar, maka pengusaha akan mendapat keuntungan sesuai target cost of equity, yaitu sebesar 13%, dan IRR proyek akan menjadi 8,38%. Perhitungan ini ditunjukkan pada Tabel-19.

Tabel-18: Analisis Free Cash Flow


Tabel-19: Analisis Bantuan Modal Pemerintah Dengan Skema KPBU (Struktur Modal 30% Ekuitas dan 70% Pinjaman Bank)


17.   Kebutuhan Bantuan Pemerintah Jika Proyek Dibiayai Dengan 100% Modal Sendiri (100% Equity)

Sudah barang tentu jika proyek dibiayai dengan modal sendiri (100% Ekuitas), tanpa menggunakan modal perbankkan, akan memyebabkan biaya tinggi, sebab besar cost of equity yaitui 13% lebih besar dari cost of debt yaitu hanya 6,4%. Dengan kata lain maka IRR yang harus dicapai dari proyek ini menjadi 13% dibandingkan sebelumnya yaitu 8,38%. Dengan kata lain akan membebeni masyarakat dengan harga jual gas yang tinggi. Dengan menggunakan 100% ekuitas, maka harga jual gas ke rakyat akan melambung dari Rp 5,282,-/m3 untuk RT1 dan Rp 9,424,-/m3 untuk RT2 menjadi Rp 7,314,-/m3 untuk RT1 dan Rp 13,019,-/m3 untuk RT2, sebagaimana perhitungannya ditunjukkan pada Tabel-20.

Untuk mengupayakan agar harga jual gas bumi sesuia dengan daya beli masyarakat, maka skema KPBU dapat diterapkan pada pembiayaan proyek dengan ekuitas sebesar 100%, namun Pemerintah harus mengeluarkan dana yang besar yaitu 36% dari investasi atau sekitar Rp 293 milyar dari investasi yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp 817 milyar. Hitungan ini ditunjukkan pada Tabel -21. 

Tabel-20: Perhitngan harga jual gas bumi untuk Rumah Tangga, Jika Pryek didanai dengan 100% Ekuitas

Tabel-21: Analisis Bantuan Modal Pemerintah Dengan Skema KPBU (Struktur Modal 100% Ekuitas)