1. Basis Disain Pembangunan Jaringan Gas untuk Rumah Tangga
1.1
Potensi Jumlah Pelanggan Gas Bumi Rumah Tangga
Studi pembangunan jaringan gas
bumi untyuk rumah kabupaten Bekasi, dilakukan berdasarkan pertimbangan
ketersediaan pipa transmisi atau stasiun gas bumi yang terdapat di wilayah
kabupaten Bekasi. Ketersediaan pipa transmisi atau stasiun gas bumi tersebut, merupakan
sara pemasok gas bumi yang akan didistribusikan ke jaringan distribusi rumah
tangga. Terdapat dua fasilitas pemasok gas bumi yang terdapat di wilayah
kabupaten Bekasi yaitu Stasiun Penyalur Gas PT PGN Muara Bekasi dan SKG Tegal
Gede.
SKG
Tegal Gede dipilih
sebagai fasilitas pemasok gas bumi sebab dekat dengan potensi pasar gas rumah
tangga, yaitu ibukota kabupaten Bekasi (Cikarang). Sebagai ibukota kabupaten
Bekasi, tentu saja merupakan wilayah yang padat penduduknya, dengan demikian
merupakan potensi pasar potensial bagi pengembangan jaringan distribusi gas
bumi untuk rumah tangga. Terdapat 5 kecamatan yang sangat potensial untuk
dibangun jaringan distribusi gas bumi, yaitu:
Cikarang Selatan, Cikarang Utara, Cikarang Barat, Cikarang Timur dan
Cikarang Pusat. Namun mengingat bahwa pembangunan jaringan pipa gas selalu
dilakukan secara bertahap, maka harus dipilih wilayah-wilayah mana yang paling
potensial ditinjau dari sudut biaya investasi dan tidak mengganggu jaringan gas
eksisting. Dengan demikian maka pemilihan wilayah potensi tersebut akan
didasrkan pada pertimbangan sebagai berikut:
- Jumlah
kepala keluarga (RT) sekitar 100.000
- Jarak
batas wilayah (desa) terdekat dari SKG Tegal Gede maksimal 7 km
- Mengingat
bahwa letak SKG Tegal Gede adalah disebelah timur Jalan Tol Jakarta-Cikampek,
maka wilayah distribusi gas yang dikembangkan adalah disebelah timur Jalan Tol
- Disamping
menghindari pemasangan lintasan pipa pada jalan tol, dihindari pula lintasan
sungai besar dan dalam
- Menghindari
tumpang tindih dengan jaringan distribusi gas eksisting
Berdasarkan pertimbangan
tersebut di atas, maka terdapat 4 buah kecamatan dan 16 desa menjadi lokasi
pembangunan jaringan distribusi untuk rumah tangga, dengan potensi jumlah RT
sebanyak 106,437, sebagimana ditunjukkan pada Tabel-1 berikut.
Tabel-1,
Perhitungan Potensi Pelanggan (jumlah RT)
Berdasarkan data publikasi
Hanbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia 2019, sebagimana ditunjukkan
pada Tabel-2, total penjualan gas bumi untuk sektor rumah tangga oleh PT PGN
(Persero) adalah sebesar 37 juta m3, dengan jumlah pelanggan
sebanyak 233.204. Dengan demikian konsumsi setiap pelanggan Rumah Tangga perhari
dapat dihitung sebagai berikut:
- Penjualan tahun 2019 = 37.000.000 m3
- Jumlah pelanggan = 233.204 RT
- Jumlah hari dalam 1 tahun = 365 hari
- Konsumsi per RT per hari = 37.000.000 /233.204/365 = 0,435 m3/hari
Tabel-2: Penjualan
Gas Bumi PT PGN untuk Sektor-Sektor Pelanggan
Didalam menentukan diameter
pipa pada jaringan distribusi gas bumi, aliran gas yang digunakan tidak
berdasarkan konsumsi harian diatas (0,43 m3/hari), namun ditentukan
berdasarkan beban puncak, sebab penggunaan tidak kontinyu 24 jam dalam sehari.
Asumsi para Rumah Tangga menggunakan gas selama 4 jam dalam sehari, dengan
demikian beban puncak aliran gas dalam pipa yang mengalir ke setiap RT adalah
sebagai berikut
Beban Puncak =
0,435/4 = 0,11 m3/jam
Berdasarkan keterangan diatas,
maka terdapat dua hal yang berbeda yang perlu dipahami. Yang pertama, permintaan
atau demand, adalah kebutuhan gas bumi yang dikonsumsi RT setiap hari, dan yang
kedua, beban puncak, adalah besar aliran gas pada tiap RT yang digunakan untuk
menentukan diameter pipa yang dibutuhkan. Dengan demikian kedua hal tersebut
akan dihitung, untuk kebutuhan pemasokan 106.437 buah
Rumah Tangga, yaitu:
- Demand (kebutuhan) gas = 106,437 x 0.43 m3/hari = 46,266m3/hari
=
46,266 x 35,315 =
1.633.897cfd
=
1,6 MMscfd
- Beban Puncak = (0,43 m3/hari )/4 = 0,11 m3/jam
Jadi untuk melayani sebanyak 106,437
pelanggan RT dibutuhkan gas bumi sebanyak 1,6 MMscfd dan jaringan distribusi
gas bumi akan didisain dengan beban puncak sebesar 0,11 m3/jam per
RT
1.3
Perkiraan Sumber Pasok Gas Bumi Untuk Rumah Tangga
Sumber pasokan gas bumi,
adalah semua suber gas yang memungkinkan, yang mengalir ke inlet Stasiun
Kompresor Tegal Gede. Sumber-sumber gas terdekat dari SKG Tegal Gede adalah
lapangan gas PDT B TGD, Cisauh dan Ellips. Sedangkan sumber gas terdekat
berikutnya adalah dari lapangan produksi gas PHE (PK) dan PHE (PTGN).
1.4
Filosofi Disain
Jaringan gas bumi untuk rumah
tangga kabupaten Bekasi didisain untuk melayani sebanyak 106,437 Rumah Tangga
(RT) dengan volume penjualan sebesar 46,266m3/hari atau sekitar 1,6 MMscfd.
Kebutuhan gas bumi untuk setiap RT diasumsikan sebesar 0,43 m3/hari, sesuai
dengan data publikasi Hanbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia
2019, yaitu: total penjualan gas bumi untuk sektor rumah tangga oleh PT PGN
(Persero) pada tahun 2019 adalah sebesar 37 juta m3, dengan jumlah pelanggan
sebanyak 233.204.
Gas bumi, diambil dari pipa transmisi
gas bumi milik PT Pertamina gas dengan tekanan 12,5 Barg , yang terletak di SKG
Tegal Gede. Dari pipa Pertamina Gas tersebut di tapping menuju Meter dan
Regulator Station (M/RS) yang lokasinya direncanakan terletak di sekitar area
stasioun kompresor Tegal Gede, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar-1.
Gambar-1: Lokasi M/RS
Pada
M/RS tersebut, gas bumi yang berasal dari pipa transmisi gas bumi Pertamina Gas
diturunkan tekanannya menjadi 4 Barg, lalu disalurkan ke jaringan distribusi
gas bumi tekanan menengah yang akan dibangun menyebar di Cikarang Bekasi.
Adapun konfigurasi dari M/RS tersebut ditunjukkan pada Gambar-2 berikut.
Gambar-2: Konfigurasi Meter and Regulator Station (M/RS)
Jaringan
distribusi gas bumi tekanan menengah akan memasok 108 Regulator Sektor (RS)
yang tersebar di 4 kecamatan yaitu: Cikarang Utara sebanyak 73 RS, Cikarang
Barat sebanyak 18 RS, Cikarang Timur sebanyak 11RS dan Cikarang Pusat sebanyak
6 RS. Pada masing-masing RS tersebut tekanan gas diturunkan menjadi 300 mBarg,
lalu dialirkan pada jaringan distribusi gas tekanan rendah menuju rumah-rumah
pelanggan. Adapun kofigurasi dari setiap RS ditunjukkan pada Gambar-3.
Gambar-3:
Konfigurasi Regulator Sektor (RS)
Adapun
rencana jalur pipa distribusi gas tekanan menengah yang mengalirkan gas bumi
menuju 108 lokasi Regulator Sektor ditunjukkan pada Gambar-4 berikut.
Gambar-4: Rencana
Jalur Pipa Distribusi Gas BumiTekanan Menengah Kabupaten Bekasi
Gas bumi pada jaringan
distribusi tekanan rendah, di tapping dengan tapping sadle, lalu disalurkan ke
rumah melalui pipa servis dengan diameter 20 mm, menuju meter dan regulator
pelanggan rumah tangga. Meter yang digunakan pada setiap rumah tangga adalah
berjenis diafragma meter yang berfungsi mengukur jumalh volume gas yang
dialirkan kepada rumah tangga. Regulator rumah tangga berfungsi menurunkan
tekanan gas bumi minjadi sekitar 25 – 30 mBarg. Tekanan tersebut merupakan
tekanan yang dibutuhkan oleh kompor gas, sesuai dengan disain burner pit pada
setiap kompor gas rumah tangga. Gambar-5 berikut menunjukkan contoh konfigurasi
meter dan regulator gas pada masing-masing rumah tangga pelanggan
Gambar-5: Contoh
Konfigurasi Meter dan Regulator Gas Bumi Rumah Tangga
Dalam kajian ini, akan
dihitung biaya yang dibutuhkan mulai dari tapping pipa transmisi di Stasiun Gas
Kompresor Tegal Gede, pembangunan M/RS, pembangunan jaringan gas distribusi
tekanan menengah, pembangunan RS, pembangunan distribusi tekanan rendah,
pembangunan pipa servis, meter dan regulator rumah tangga, hinga instalasi dan
pemberian kompor gas gratis akan dihitung.
2. Simulasi Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi
Simulasi hidrolika
dilakukan untuk mencari diameter pipa yang paling efisien. Namun demikian
penggunaan pipa pada jaringan ini dibatasi pada jenis pipa MDPE SDR 11 diametr
90 mm, 180 mm dan 250 mm. Disamping itu sesuai ketentuan direktorat
Infrastruktur Migas, dalam simulasi ini juga dibatasi bahwa tekanan maksimum
pada jaringan distribusi tekanan menengah adalah 4 Barg dan tekanan minimum
adalah 1 Barg. Gambar-6 berikut menunjukan tampilan simulasi hidrolika jaringan
pada layar software simulator.
Gambar-6: Simulasi
Hidrolika Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi
Dari simulasi dengan melakukan
trial-error diameter pipa, maka diperoleh hasil yang paling optimal dimana
tekanaan gas terendah pada jaringan pipa ini adalah pada down stream pipa nomor
P81 dengan tekanan sebesar 1,05 Barg. Selanjutnya hasil simulasi rinci terkait
dengan ukuran pipa, tekanan dan kecepatan gas pada jaringan distribusi tekanan
menengah ini ditunjukkan pada Tabel-3 berikut
Tabel-3: Hasil
Simulasi Jaringan Distribusi Gas Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi
3. Kebutuhan Material (Material Take Off) Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan
Menengah Kabupaten Bogor
Dari hasil simulasi
pada butir 2 di atas, telah diketahui material pipa dalam bentuk panjang dan
diameter, namun belum diketahui jumlah valve dan fitting yang dibutuhkan. Untuk
itu maka diperlukan survey jalur disepanjang jalur yang akan dilewati pipa. Mengingat
bahwa pipa MDPE ini bersifat lentur, maka belokan pipa dapat dibentuk
dilapangan pada saat penurunan pipa ke dalam parit. Namun tidak semua belokan
(ellbow) dapat dilakukan dilapangan, itu dibatasi oleh radius belokan. Oleh
karena itu untuk radius belokan yang pendek atau bengkokan dengan derajat
belokannya besar, maka ellbow tersebut harus difabrikasi. Hasil survey untuk
menentukan jumlah valve dan fitting ditunjukan pada foto-foto pada
gambar-gambar selanjutnya. Tabel-4
berikut ini adalah Material Take Off fitting dan valve pada jaringan pipa
distribusi tekanan menengah ini.
Tabel-4: Material
Take Off: Valve dan Fitting Jaringan Distribusi Gas Tekanan Menengah Kabupaten
Bekasi
Dari MTO yang dijabarkan pada
tabel-tabel di atas, maka jumalah fitting, valve yang perlua diadakan untuk
membuat jaringan distribusi gas bumi tekanan menengah kabupaten Bekasi diresemukan
pada Tabel-5 berikut
Tabel-5: Kebutuhan
Material Fitting, Valve, RS dan Crossing Proyek Pembangunan Jaringan Gas Bumi
Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi
Jalur pipa gas bumi tekanan
menengah tersebut, melintasi beberapa sungai dan jalan raya, yang rinciannya
ditunjukkan pada Tabel-6 berikut
Tabel-6: Rincian
Pipa Crossing pada Sungai dan Jalan Raya
Selanjutnya, gambar-gambar
pada Lampiran-1, menunjukkan lokasi,
fitting, valve, regulator dan lintasan-lintasan sungai dan jalan raya sebagimana
dimaksud dalam Material Take Off.
4. Kebutuhan Biaya (Bill of Quantity) Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi
Tekanan Menengah Kabupaten Bogor
Material yang
dibutuhkan untuk membangun jaringan pipa distribusi gas bumi tekanan menengah kabupaten
Bekasi telah teridentifikasi melalui simulasi jariangan dan material take off.
Dengan demikian maka biaya pengadaan material dan konstruksi jaringan dapat
dihitung. Kebutuhan biaya untuk pembangunan jaringan pipa distribusi tekanan
menengvah kabupaten Bekasi adalah sebesar Rp 65,895,726,004,-
(enampuluh lima milyar delapan ratus sembilan pulih lima juta tujuh ratus dua
puluh enam ribu empat rupiah), yang rincian perhitungannya dapat dilihat pada
Tabel-7 berikut.
Tabel-7: Rincian Biaya Investasi proyek
Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Tekanan Menengah Kabupaten Bekasi
5. Analisis Jaringan Distribusi Gas Tekanan Rendah 1000 RT Desa Setia Mulya
Kabupaten Bekasi
Yang dimaksud dengan
analisis jaringan distribusi tekanan rendah dengan jumlah pelanggan rumah
tangga sebanyak 1.000 RT di desa Setia Mulya, adalah menghitung kebutuhan
investasi secara rinci melalui material take off dan bill of quantity pada
jaringan yang dimaksud, dengan tujuan hasil perhitungan ini akan digunakan
sebagai acuan untuk memperkirakan besar investasi jaringan tekanan rendah di
desa-desa lain di wilayah kabupaten
Bekasi. Dengan demikian estimasi besarnya investasi jaringan gas tekananan rendah
pada masing-masing desa-desa tersebut mendekati nilai aktual investasi. Adapun
cara mengestimasi ini akan dibahas pada bagian selanjutnya dari kajian ini.
5.1
Basis Disain Jaringan Distribusi Tekanan Rendah 1000 pelanggan RT
Jaringan distribusi
tekanan rendah dipasok dari Regulator Sektor. Regulator Sektor mendapatkan gas
bumi dari jaringan distribusi tekanan menengah yang beroparesi pada tekanan
minimum 1 Barg dan tekanan maksimum 4 Barg. Oleh Regulator Sektor gas bumi ini
diturunkan tekanannya menjadi minimum 100 mBarg sampai dengan 300 mBarg. Dari
Regulator Sektor, gas bumi kemudian didistribusikan ke pelanggan Rumah Tangga
melalu jaringan pipa distribusi tekanan rendah dengan tekanan operasi minimum
yang diijinkan adalah 25 mBarg. Pipa distribusi yang digunakan adalah pipa MDPE
SDR 11 dengan diameter 63 mm. Jumlah
Rumah Tangga yang dipasok oleh jaringan gas tekanan rendah ini adalah sebanyak
1000 pelanggan Rumah Tangga. Gas bumi dari jaringan distribusi tekanan rendah
di tapping menuju rumah pelanggan dengan menggunakan pipa servis berjenis MDPE
SDR 11 diameter 20 mm. Dari pipa servis, gas bumi dialirkan ke Regulator Rumah
Tangga untuk ditunkan tekanannya menjadi 25 Mbarg, sesuai dengan kebutuhan
tekanan pada kompor gas pelanggan Rumah Tangga.
Dari regulator Rumah Tangga gas bumi dialirkan menuju kompor gas
pelanggan melau meter diafragma untuk diukur volume gas yang digunakan oleh
pelanggan. Gambar-7 menunjukkan contoh diagram alir pipa distribusi tekanan
rendah menuju pelanggan Rumah Tangga.
Gambar-7: Contoh tipikal diagram alir jaringan gas tekanan rendah menuju
rumah pelanggan
5.2 Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendah 1000 RT desa Setia Mulya
Peta jaringan distribusi
tekanan rendah 1000 pelanggan RT desa Setia Mulya kabupaten Bekasi ditunjukkan
pada Gambar-8 berikut.
Gambar-8: Jaringan
Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendah 1000 pelanggan RT desa Setia Mulya
5.3 Simulasi Hidrolika Jaringan Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendah 1000
Pelanggan Desa Seta Mulya
Dalam simulasi jaringan gas
tekanan rendah ini, diameter pipa telah ditentukan yaitu pipa MDPE SDR 11 63
mm, dengan demikian dalam simulasi ini tidak mencari diameter yang efisien,
melainkan dengan ukuran diameter tersebut, apakah mampu melayani 1000 pelanggan
Rumah Tangga, dengan pengertian mampu mensuplai gas bumi dengan tekanan minimum
25 mBar pada titik lokasi pelanggan yang paling jauh, atau mensuplai gas bumi
dengan tekanan minimum 25 mBarg pada salah satu pelanggan diantara 1000
pelanggan yang ada, dimana tekanan pasokan pada outlet Regulator Sektor adalah
1000 mBar. Selain itu, dalam simulasi ini juga akan dicari kemampunan mensuplai
jumlah pelanggan Rumah Tangga apabila tekanan outlet Regulator diset pada
tekanan sebesar lebioh besar 100 mBar, yaitu sampai dengan 300 mBarg. Simulasi
hidrolika ditunjukkan pada Gambar-9 berikut.
Gambar-9: Tampilan
simulasi hidrolika jaringan gas tekanan rendah Setia Mulya
Dari hasil simulasi diperoleh:
Jika outlet Regulator Sektor di set pada tekanan 100 mBarg, jaringan gas
tekanan rendah ini masih memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu tekanan
minimum jaringan ini adalah diatas 25 mBarg (diatas tekanan minimum yang
diijinkan), yaitu pada pelanggan RT408. Tabel-8 berikut menunjukan hasil
simulasi apabila tekanan outlet regulator di set diatas 100 Mbarg sampai dengan
300 mBarg, dan peotensi penambahan pelanggan RT apabila tekanan outlet
regulator di set dengan tekanan sebagaimana yang dimaksud.
Tabel-8: Pengaruh
seting tekanan outlet Regulator Sektor terhadap potensi penambahan pelanggan RT
Potensi penambahan pelanggan
RT sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel-8 adalah minimal peotensi penambahan
pelanggan RT, sebab diasumsikan baha penambahan pelanggan RT dipasok dari ujung
pipa yang menuju pelanggan RT408, dimana pada ujung pipa tersebut tekanan
jaringan gas mencapai tekanan minimum. Tentu saja potensi penambahan pelanggan
RT sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-8 akan menjadi lebih banyak lagi apabila
sambungan pelanggan baru tidak berasl dari ujung pipa yang menuju RT408,yaitu
pada ujung pipa yang memiliki tekanan lebih besar dari tekanan gas pada ujung
pipa yang dimaksud. Sebagai gambaran yang vulgar, apabila penambahan sambungan
pelanggan RT baru diambil pada tekanan terbesar pada jaringan pipa, yaitu pada
outlet regulator, maka akan lebih banyak lagi, sebab besarnya penambahan pelanggan
hanya tergantung pada kapasitas regulator, bukan spare capacity dari jaringan
pipa.
5.4 Kebutuhan Material (Material Take Off ) Jaringan Distribusi Gas Tekaanan
Rendah Setia Mulya
Kebutuhan material (material
take off) jaringan gas bumi tekanan rendah 1000 pelanggan RT ditunjukan pada
Tabel-9, sedangkan rinciannya ditunjukkan pada Tabel-10
Tabel-9: Kebutuhan
Material Jaringan Pipa Tekanan Rendah Setia Mulya
5.5 Kebutuhan Biaya Investasi Jaringan Distribusi Gas Tekaanan Rendah Desa
Setia Mulya
Kebutuhan biaya investasi
untuk pembangunan jaringan distribusi gas bumi tekanan rendah 1000 pelanggan RT
di desa Seta Mulya Bekasi, dengan mengambil lokasi pemukiman seluas 0,62 km2
dengan jumalah Rumah Tangga sebanyak 1000 rumah, adalah sebesar Rp 8.518.007.981,-
yang terdiri dari:
- Investasi
jaringan pipa distribusi tekanan rendah sebesar Rp 3.308.829.598,-
- Investasi
sambungan pipa servis, meter pelanggan, regulator gas pelanggab dan
kelengkapannya lainnya, sebesar Rp 3.878.069.239,-
- Investasi
pengadaan kompor gas dan pengadaan material sambungan ke kompor gas beserta
instalasinya, sebesar Rp 1.331.109.144,-
Adapun rincian dari
masing-masing investasi tersebut di atas, ditunjukkan pada Tabel-11, Tabel-12
dan Tabel-13.
Tabel-11: Rincian
Biaya Investasi Pembangunan Jaringan Pipa Distribusi Gas Bumi Tekanan Rendar
desa Setia Mulya, Bekasi
Tabel-12: Rincian
Biaya Investasi Instalasi Sambungan Pipa dari Jargas ke M/RS Pelanggan Rumah
Tangga
Tabel-13: :
Rincian Biaya Investasi Instalasi Sambungan ke Kompor dan Pengadaan Kompor Gas Rumah
Tangga
6. Kebutuhan Investasi Jaringan Pipa Gas Bumi Untuk 106.437 Rumah
Tangga Kabupaten Bekasi
6.1
Formula Estimasi Kebutuhan Biaya Investasi Jaringan Gas Tekanan Rendah Per
Desa
Sebagaimana telah dibahas
sebelumnya, analisis investasi jaringan distribusi tekanan rendah dengan jumlah
pelanggan rumah tangga sebanyak 1.000 RT di desa Setia Mulya, akan digunakan
sebagai acuan untuk memperkirakan besar investasi jaringan tekanan rendah di
desa-desa lain di wilayah kota Bogor.
Dengan demikian estimasi besarnya investasi jaringan gas tekananan rendah pada
masing-masing desa-desa tersebut mendekati nilai aktual investasi. Adapun cara
mengestimasi dilakukan dengan menggunakan formulasi sebagai berikut:
Kebutuhan panjang jaringan
pipa berbanding lurus dengan luas wilayah jaringan pipa dan berbanding terbalik
dengan kepadatan Rumah Tangga, dengan demikian nilai investasi pembangunan
jaringan pipa distribusi tekanan rendah pada setiap desa akan berbanding lurus
dengan luas area desa tersebut dan kepadatan Rumah Tangga di desa yang
dimaksud. Sedangkan kebutuhan biaya investasi sambungan kerumah dan biaya
investasi pengandaan kompor dan sambungan kompor, pasti berbanding lurus dengan
jumlah Rumah Tangga yang ada di desa tersebut.
6.2 Kebutuhan Investasi Jaringan Gas Tekanan Rendah 106.437 Pelanggan RT
Dengan menggunakan formulasi
di atas, kebutuhan investasi pembangunan jaringan gas bumi tekanan rendah untuk
106.437 pelanggan RT, dengan Regulator
Sektorsebanyak 108 buah yang tersebar di 4 kecamatan dan 16 desa, adalah
sebesar Rp 727.189.589.870,-, yang terdiri dari :
1.
Investasi
jaringan gas tekanan rendah sebesar Rp 172.740.270.300,-
2.
Investasi
sambungan ke rumah pelanggan sebesar Rp 412.770.055.591,-
3.
Investasi
pengadaan dan sambungan kompor sebesar Rp 141.679.263.978,-
Tabel-14 berikut menunjukkan
rinciamperhitungan kebutuhan investasi tersebut.
Tabel-14:
Kebutuhan Investasi Jargas Tekanan Rendah, Sambungan ke Rumah dan Kompor 106.437
RT
6.3 Total Kebutuhan Investasi Jaringan Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga
106.437 pelanggan RT Kabupaten Bekasi
Total kebutuhan invesatasi
Jargas Rumah Tangga untuk 106.437 pelanggan RT di
kabupaten Bekasi, yang meliputi investasi jaringan pipa distribusi tekanan
menegah dan rendah hingga pengadaan kompor gas gratis bagi setiap pelanggan RT adalah
sebesar Rp 816.948.915.505,-, dengan rincian sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel-15 berikut
Tabel-15:
Kebutuhan Investasi Jargas Untuk Rumah Tangga 106.437 Pelanggan RT kabupaten
Bekasi
7.
Biaya Operasi Jaringan Pipa Distribusi Gas
Bumi Untuk 106.437 Rumah Tangga Kabupaten Bekasi
Perhitungan biaya
operasi dan pemeliharaan diasumsikan berdasarkan pertimbangan berikut:
- Rule of Thumb Biaya Operasi dan
Pemeliharaan per tahun pada umumnya antara 2 % s/d 5% dari nilai investasi
jaringan pipa gas
- Maka diambil 3 % dari nilai investasi
Jaringan Distribusi Gas tekanan menengah dan rendah, tidak termasuk investasi
sambungan ke rumah, pengadaan kompor dan sambungan ke kompor
- Biaya pegawai termasuk biaya yang
besar pada jaringan pipa distrusi gas bumi, dengan demikian mengingat
bahwa biaya pegawai di Indonesia jauh lebih rendah dari biaya pegawai
operasional di Eropa dan Amerika Serikat, maka kita mengasumsikan biaya
operasi dan pemeliharaan sebesar 3% sebagaimana dimaksud pada point di
atas
Dengan demikian maka kebutuhan
biaya operasi per tahun untuk jargas 106.437 RT kabupaten Bekasi adalah sebesar
Rp 7.159.079.889,- per tahun, sebagaimana perhitungannya ditunjukkan pada
Tabel-16 berikut.
Tabel-16:
Perhitungan Biaya Operasi dan Pemeliharaan Pertahun Jargas Kabupaten Bekasi
8.
Target Internal Rate of
Return (IRR)
8.1
Cost of Equity (CoE)
Return on Equity atau cost of
equity adalah (imbalan keuntungan atas biaya modal sendiri) yang dapat dihitung
dengan formulasi berikut:
Dimana:
CoE = Cost of Equity, imbalan keuntungan
atas biaya investasi modal sendiri, %
Rm = Return pasar, imbalan keuntungan
rata-rata saham gabungan (IHSG) yang
diinvestasikan di pasar modal Bursa Efek Indonesia, %
Rf = Imbalan keungtungan atas investasi pada surat utang negara, yang dalam kontek kajian ini, adalah imbalan rata-rata surat utang negara yang diterbitkan tahun 2021, %
β = Equity beta (sensivitas perubahan harga saham terhadap pasar), β dalam kontek kajian ini adalah β dari gabungan 18 buah perusahaan infrastruktur Indonesia (PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero)
8.2 Imbalan Keuntungan Atas Investasi Pada Surat Utang Negara, Rf
Imbalan keuntungan atas
investasi obligasi negara, sebagai acuan pada kajian ini, adalah imbalan
rata-rata surat utang negara yang diterbitkan tahun 2021. Ada 5 buah surat
hutang negara yaitu
- Obligasi Negara Seri FR0086, imbalan
keuntungan 5,5%, jatuh tempo 15 April 2026,
- Obligasi Negara Seri FR0087, imbalan
keuntungan 6,5%, jatuh tempo 15 Februari 2031
- Obligasi Negara Seri FR0088, imbalan
keuntungan 6,25%, jatuh tempo 15 Juni 2036
- Obligasi Negara Seri FR0083, imbalan
keuntungan 7,5%, jatuh tempo 15 April 2040
- Obligasi Negara Seri FR0089, imbalan
keuntungan 6,875%, jatuh tempo 15 Agustus 2051
Rata-rata imbalan keuntungan
rata-rata dari ke-5 surat utang negara tersebut adalah 6,53%. Dengan demikian
imbalan keuntungan 6,53% akan digunakan dalam perhitungan Cost of equity.
8.3 Equity beta, 𝛽
Equity β yang akan digunakan
dalam perhitungan Cost of equity adala beta PT Sara Multi Infrastruktur
(Persero), SMINFRA18, yang merupakan gabungan dari 18 perusahaan besar di
bidang infrastruktur, termasuk PT PGN Persero Tbk yang menjadi anggotanya.
Berdasarkan laporan Hand Book Bursa Efek Indonesia tahun 2021, equity beta
SMINFRA18 adalah sebesar 1.34
8.4 Imbalan keuntungan rata-rata saham gabungan (ISHG) Bursa Efek Jakarta, Rm
Berdasrkan laporan Hand Book
Bursa Efek Indonesia tahun 2021, besar keuntungan rata-rata saham gabungan
(ISHG) adalah sebesar 11,36%. Besar imbalan ini digunakan dalam perhitungan
Cost of equity
8.5 Perhitungan Cost of Equity
Bersdasarkan data-data imbalan
investasi obligasi negara, equity beta dan imbalan rata-rata keuntungan saham
di busras efek Indonesea, maka Cost of equity untuk proyek pembangunan jaringan
distribusi untuk rumah tangga kota bogor adalah sebesar 13% , yang perhitungannya dapat ditunjukkan
sebagai berikut:
8.6 Cost of Debt (CoD)
Bunga pinjaman yang akan
digunakan dalam perhitungan keekonomian jaringan gas, adalah sebesar 8%, yang
merupakan suku bungan kredit korporasi bula Februari 2021, sebagaimana yang
dilaporkan oleh OJK. Tabel-17 berikut, menunjukan tingkat bunga kredit
korporasi dari 4 buah bank Persero ternama
Tabel-17: Suku
Bunga Kredit Korporasi 4 bank Persero Ternama
Dengan besar bunga pinjaman
sebagaimana tersebut diatas, maka perbankan akan mendapatkan imbalan bersih atas
jasa proyek pengusahaan jaringan distribusi gas, atau bunga setelah dipotong
pajak (Cost of Debt) sebesar:
Dimana:
Cod = Cost of Debt;
i = bunga pinjamana modal, 8%;
t = tarif pajak perusahaan (income
taxe), 20%, maka:
8.7 Struktur Modal
Modal investasi pada umumnya
terdiri dari modal ekuitas yang berbiaya tinggi dan modal pinjaman perbankkan
yang berbiaya rendah. Seperti telah dihitung di depan, meskipun biaya modal
atau imbalan atas modal sendiri (Cost of Equity) adalah sebesar 13% yang jauh
lebih besar dari biaya (imbalan) modal pinjaman(Cost of Debt) 6,4%, dalam
perhitungan keekonomian proyek diasumsikan struktur modal terdiri dari 30%
modal ekuitas dan 70% modal pinjaman
8.8 Target Internal Rate of Return (IRR)
Telah dibahas di depan,
Struktur modal: E = 30% Equity dan D = 70% Debt, Cost of Equity, 13%, Cost of
Debt, 6.4%. Pajak Badan, 20%. Dengan demikian, maka IRR dapat dihitung yaitu:
9.
Target Umur
Kegiatan Usaha Jargas 106.437 Rumah Tangga Kabupaten
Bekasi (Depresiasi)
Sebagaimana prinsip umum yang
berlaku hampir diseluruh dunia, depresiasi dari kegiatan usaha untuk kebutuhan
publik (public utilities), diatur oelh regulator atau pemerintah dengan metoda
garis lurus. Jangka waktu depresiasi juga ditetapkan secara tegas. Dalam kajian ini, jangka waktu deprisiasi
adalah 30 tahun, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No
295/KM.6/2019 tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik
Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat.
10.
Tarif Pajak Badan Usaha
Sesuai Perppu 1 Tahun 2020
pemerintah telah menurunkan tarif pajak penghasilan badan dari sebelumnya
sebesar 25 persen menjadi 22 persen untuk tahun-tahun pajak 2020 dan 2021, dan
menjadi 20 persen mulai tahun pajak 2022. Untuk itu dalam kelayakan proyek ini
akan digunakan tarif pajak Badan sebesar 20%.
11.
Harga Beli Gas Bumi oleh Pengusaha dari
Produsen Gas
Harga beli gas dari produsen gas di sektor hulu ditetapkan sebesar USD
4.72/MMBtu berdasarkan Surat Keputusan Alokasi Gas. Dengan kurs Rp 14.254 /
USD, dan gas bumi diasumsikan mempunyai nilai kalori 1000 btu/scf, maka harga
gas tersebut adalah sama dengan Rp 2.376/m3.
12.
Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar
Amerika Serikat
Kurs mata uang rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat ditetapkan rata-rata kurs tengah bulan Januari 2021
sampai April 2021. Berdasarkan data Bank Indonesia, besar kurs rata-rata adalah
sebesar Rp
14.254/USD
13.
Volume Gas Bumi Yang Dialirkan Pada
Jaringan Distribusi Gas Bumi
Target penjualan gas bumi ke
Rumah Tangga ditetapkan berdasarkan rata-rata konsumsi gas bumi untuk Rumaha
Tangga sebagaimana yang telah diuraikan pada Bab sebelumnya yaitu sebesar 0,435
m3/hari/RT. Dengan jumalah Rumah Tangga sebanyak 106.437 RT maka volume
penjualan perhari adalah sebagai berikut:
Volume penjualan gas = 106.437 x 0.435 m3/hari = 46,300 m3/hari
14.
Penentuan Katagori Pelanggan Rumah
Tangga
Menurut Bank Dunia, dalam
tahun terakhir, Indonesia dinilai berhasil menekan angka kemiskinan hampir 10%.
Hal itu ditandai pertumbuhan kalangan menengah hingga 20% atau 52 juta orang
dari total penduduk Indonesia. Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/286776/kelas-menengah-berkontribusi-besar-pada-pertumbuhan-ekonomi. Adapun jumlah penduduk yang berada di
level menengah bawah mencapai 115 juta orang atau 45% dari total populasi.
Mereka yang berada di level tersebut berpotensi naik ke level menengah, atau
malah jatuh ke garis kemiskinan.
Berdasarkan keterangan tersebut,
maka prosentase penduduk kelas menengah ke atas Indonesia sudah mencapai 55%.
Dengan demikian maka dalam menentukan prosentase pelanggan RT1 dan RT2,
disesuaikan dengan kondisi tersebut, yakni 45 % adalah RT1 dan 55% RT2.
15.
Daya Beli dan Harga Jual Gas
Dalam kajian ini, daya beli
masyarakat ditentukan berdasarkan harga rata-rata eceran LPG di kabupaten
Bekasi, yaitu harga LPG 3 kg untuk RT1
dan harga LPG 12 kg untuk RT2. Berdasarkan hasil survey harga eceran rata-rata
LPG 3 kg adalah Rp 7,100,-/kg atau setara dengan harga gas bumi Rp 5,282,-/m3. Sedangkan harga rata-rata eceran LPG 12 kg
adalah Rp 12,667,-/kg atau setara dengan harga gas bumi Rp 9,424,-/m3.
Dengan demikian dalam menganalisis kelayakan proyek, harga jual gas bumi Rp
5,282,-/m3 untuk RT1 dan Rp 9,424,-/m3 untuk RT2 akan digunakan.
16.
Kelayakan Ekonomi Proyek Jargas Untuk
106.437 Pelangga RT Kabupaten Bekasi
Dengan menggunakan harga jual
gas bumi sebagaimana dimaksud pada bagian (15), melalui analisis Free Cash Flow
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel-18, dapat disimpulkan bahwa proyek ini hampir
layak secara ekonomi untuk dimplementasikan, meskipun IRR tidak mencapai target
yaitu sebesar (8,38%) namun pengusaha mendapat imbalan keuntungan sebesar
10,40%. Adapun hasil dari analisis free cash flow, dapat diinformasikan
beberapa hal sebagai berikut
·
Hasil
IRR proyek jargas adalah sebesar 7,60%, kurang dari target IRR yaitu 8,36%
·
Perusahaan
mampu membayar cicilan pokok dan bunga bank sebesar 8%
·
Bank
mendapat keuntungan bersih setelah pajak (Cost of Debt) sebesar 6,4%
· Keuntungan
pengusaha (Cost of Equity) sebesar 10,4%, lumayan meskipun lebih rendah sedikit
dari target Cost of Equity yaitu sebesar 13%
·
Break
Even Point, terjadi pada tahun ke-12 (ke duabelas), dari usia proyek selama 30
tahun
Agar pengusaha mendapat
keuntungan sesuai target cost of equity yaitu sebesar 13%, maka skema KPBU
perlu dilakukan. Dengan bantuan modal sebesar 7,1% dari total investasi, atau
bantuan sebesar Rp 58 milyar, maka pengusaha akan mendapat keuntungan sesuai
target cost of equity, yaitu sebesar 13%, dan IRR proyek akan menjadi 8,38%. Perhitungan
ini ditunjukkan pada Tabel-19.
Tabel-18: Analisis Free Cash
Flow
Tabel-19: Analisis Bantuan
Modal Pemerintah Dengan Skema KPBU (Struktur Modal 30% Ekuitas dan 70% Pinjaman
Bank)
17. Kebutuhan Bantuan Pemerintah Jika Proyek
Dibiayai Dengan 100% Modal Sendiri (100% Equity)
Sudah barang tentu jika proyek
dibiayai dengan modal sendiri (100% Ekuitas), tanpa menggunakan modal
perbankkan, akan memyebabkan biaya tinggi, sebab besar cost of equity yaitui
13% lebih besar dari cost of debt yaitu hanya 6,4%. Dengan kata lain maka IRR
yang harus dicapai dari proyek ini menjadi 13% dibandingkan sebelumnya yaitu
8,38%. Dengan kata lain akan membebeni masyarakat dengan harga jual gas yang
tinggi. Dengan menggunakan 100% ekuitas, maka harga jual gas ke rakyat akan
melambung dari Rp 5,282,-/m3 untuk RT1 dan Rp 9,424,-/m3 untuk RT2 menjadi
Rp 7,314,-/m3 untuk RT1 dan Rp 13,019,-/m3 untuk RT2, sebagaimana
perhitungannya ditunjukkan pada Tabel-20.
Untuk mengupayakan agar harga
jual gas bumi sesuia dengan daya beli masyarakat, maka skema KPBU dapat
diterapkan pada pembiayaan proyek dengan ekuitas sebesar 100%, namun Pemerintah
harus mengeluarkan dana yang besar yaitu 36% dari investasi atau sekitar Rp 293
milyar dari investasi yang dibutuhkan yaitu sebesar Rp 817 milyar. Hitungan ini
ditunjukkan pada Tabel -21.
Tabel-20: Perhitngan harga
jual gas bumi untuk Rumah Tangga, Jika Pryek didanai dengan 100% Ekuitas
Tabel-21: Analisis Bantuan
Modal Pemerintah Dengan Skema KPBU (Struktur Modal 100% Ekuitas)